Faktor yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan Panen Benih Ikan

Daftar Isi

Halo, Sobat Milky!

Tahapan panen benih ikan adalah momen penting dalam siklus budidaya. Meskipun terlihat sederhana, proses panen sebenarnya membutuhkan perhatian ekstra agar benih yang dihasilkan tetap sehat, tidak stres, dan siap untuk tahap berikutnya.
Kesalahan kecil dalam proses panen bisa berakibat fatal, seperti luka fisik, stres berlebih, bahkan kematian massal pada benih. Oleh karena itu, setiap pembudidaya perlu memahami faktor-faktor penting yang harus diperhatikan saat melakukan panen benih ikan.

1. Waktu Panen yang Tepat

Menentukan waktu panen yang tepat adalah langkah awal yang sangat penting.
Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, ketika suhu air lebih sejuk dan kadar oksigen terlarut lebih tinggi.
Hindari panen pada siang hari karena suhu yang panas dapat menyebabkan stres pada ikan dan mempercepat penurunan kualitas air.

Selain itu, panen dilakukan ketika benih sudah mencapai ukuran seragam dan telah melewati fase kritis. Ukuran benih yang terlalu kecil akan mudah stres dan tidak tahan terhadap transportasi, sedangkan ukuran yang terlalu besar bisa mengganggu efisiensi distribusi.

2. Persiapan Sebelum Panen

Sebelum proses panen dilakukan, beberapa hal harus dipersiapkan agar kegiatan berjalan lancar dan aman bagi ikan.

Pertama, lakukan pemeriksaan kualitas air, terutama suhu, pH, dan kadar oksigen. Pastikan kondisi air stabil dan sesuai kebutuhan spesies ikan yang akan dipanen.
Kedua, siapkan peralatan panen seperti serok halus, ember, jaring, baskom, wadah aerasi, dan kantong plastik oksigen. Semua alat harus dalam keadaan bersih, bebas minyak, deterjen, dan bahan kimia lainnya.

Selain itu, kolam atau wadah penetasan sebaiknya dikeringkan sebagian agar ikan lebih mudah ditangkap. Namun, proses pengeringan harus dilakukan perlahan agar tidak mengejutkan benih.

3. Teknik atau Metode Panen

Pemilihan teknik panen harus disesuaikan dengan jenis ikan, ukuran benih, dan sistem pemeliharaan.

Untuk ikan yang masih kecil (larva atau benih awal), gunakan alat penangkap dengan jaring halus agar tidak melukai tubuh ikan.
Sedangkan untuk benih yang sudah lebih besar, dapat menggunakan serok atau jaring dengan ukuran mata lebih besar.

Panen bisa dilakukan dengan dua cara:

  • Panen total, yaitu mengambil seluruh benih dalam satu kali panen. Biasanya dilakukan pada akhir masa pemeliharaan.

  • Panen selektif, yaitu hanya mengambil benih dengan ukuran tertentu. Cara ini umum digunakan untuk menyortir benih agar pertumbuhannya lebih seragam.

Selama proses penangkapan, hindari pengadukan air secara berlebihan. Gerakan air yang kuat dapat membuat ikan stres dan berisiko mengalami luka pada sirip atau sisik.

4. Penanganan Benih Setelah Panen

Setelah dipanen, benih ikan harus segera ditempatkan dalam wadah berisi air bersih dan teroksigenasi. Hindari membiarkan benih terlalu lama di udara terbuka karena dapat menyebabkan dehidrasi dan stres.

Gunakan ember atau bak fiber berwarna gelap untuk mengurangi intensitas cahaya yang dapat memicu stres pada ikan.
Jika benih akan dikirim ke lokasi lain, lakukan aklimatisasi suhu terlebih dahulu. Caranya adalah dengan menyesuaikan suhu air dalam wadah panen dengan suhu air di tempat tujuan, sehingga benih tidak mengalami kejutan suhu (thermal shock).

5. Kualitas Air Selama Proses Panen

Kualitas air selama proses panen harus tetap terjaga.
Air yang digunakan dalam wadah penampungan sementara sebaiknya berasal dari kolam asal ikan, bukan dari sumber baru yang belum diuji. Hal ini bertujuan agar ikan tidak perlu beradaptasi ulang terhadap kondisi lingkungan yang berbeda.

Pastikan air memiliki kadar oksigen terlarut yang cukup. Penggunaan aerator portable atau tabung oksigen dapat membantu menjaga kestabilan kondisi air selama proses penanganan.

6. Pencegahan Stres dan Luka

Stres adalah salah satu penyebab utama menurunnya kelangsungan hidup benih setelah panen.
Stres dapat menyebabkan ikan kehilangan keseimbangan osmotik, daya tahan tubuh menurun, bahkan membuka peluang infeksi penyakit.

Untuk mencegah stres:

  • Hindari suara bising dan getaran keras di sekitar lokasi panen.

  • Gunakan wadah yang lembut dan tidak kasar.

  • Jangan menumpuk ikan terlalu padat dalam satu wadah.

  • Kurangi durasi kontak ikan dengan udara terbuka.

Apabila benih terlihat lemas atau tidak aktif, segera tambahkan aerasi atau lakukan penggantian air sebagian.

7. Sortasi dan Seleksi Benih

Setelah panen, lakukan sortasi benih berdasarkan ukuran dan kondisi fisiknya.
Benih yang seragam dalam ukuran akan lebih mudah dipelihara di tahap selanjutnya dan memiliki tingkat pertumbuhan yang konsisten.
Sementara itu, benih yang cacat atau lemah sebaiknya dipisahkan agar tidak mengganggu populasi lain.

Proses sortasi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati menggunakan serok atau alat bantu yang tidak melukai tubuh ikan. Lakukan di tempat teduh untuk menghindari paparan sinar matahari langsung.

8. Pengangkutan dan Distribusi Benih

Tahap terakhir dalam panen benih adalah pengangkutan ke lokasi penebaran atau pembesaran.
Pengangkutan harus dilakukan dengan memperhatikan suhu, oksigen, dan kepadatan benih.

Untuk jarak dekat, benih dapat diangkut menggunakan ember atau bak beroksigen.
Namun untuk jarak jauh, sebaiknya gunakan kantong plastik berisi air dan oksigen murni, lalu disimpan dalam wadah berinsulasi seperti styrofoam agar suhu tetap stabil.

Selain itu, tambahkan es batu secukupnya untuk menjaga suhu air sekitar 20–22°C agar ikan tetap tenang selama perjalanan.
Durasi pengangkutan maksimal idealnya tidak lebih dari 8 jam, tergantung kondisi spesies ikan dan sistem aerasi yang digunakan.

Kesimpulan

Sobat Milky, proses panen benih ikan bukan hanya soal menangkap dan memindahkan ikan. Di dalamnya ada banyak hal penting yang menentukan keberhasilan, seperti waktu panen, teknik penanganan, kualitas air, hingga pengangkutan.
Kesalahan kecil dapat menimbulkan kerugian besar, terutama jika benih mengalami stres atau mati setelah panen.

Dengan memperhatikan setiap tahapan secara cermat dan hati-hati, kita bisa menghasilkan benih yang sehat, kuat, dan siap tumbuh optimal di kolam pembesaran.
Karena bagi pembudidaya sejati, benih yang sehat adalah investasi masa depan keberlanjutan budidaya.